Kita dua insan yang sama-sama memiliki ke-egois-an masing-masing aku yang selalu memikirkan apakah kapalku akan benar-benar karam apakah semua yang baru dimulai akan berakhir ? tidakkah ada kesempatan bagiku lagi ? Aku yang masih mencoba untuk menerima segalanya dengan ikhlas, aku yang masih mencoba untuk menyibukkan diri agar tidak selalu terbayang akan segala kenangan kita berdua, dan aku yang mencoba untuk melepaskan mu meski hati berkata tidak ingin. Nyatanya. kau datang kembali kepadaku, kau ingin mengulang kembali rajut tali yang hampir putus, kau juga yang membawaku kembali ke dalam perasaan yang menurutku ini adalah sebuah kesempatan untuk aku dan kau memperbaiki nya secara bersama. Lama... aku ingin berada dalam pelukanmu yang lama, aku ingin menangis atas kesendirianku tanpamu kala itu. aku ingin menjadi orang yang siap menjadi sandaran mu yang kau butuhkan, aku ingin menjadi yang kau prioritaskan, aku ingin kau dan aku mengarungi kapal bersama tanpa tenggelam dan berkata ki
Kala itu adalah malam terakhir aku melihat ibu peri miliknya, dan tak akan pernah menyangka jika itu adalah terakhirku berjabat tangan dan bertatap muka dengan ibu peri. Mata ibu peri yg menatap ku seperti bertanya-tanya. Ada apa denganmu dan anakku. Genggaman yang kuat itu seakan mengatakan, Jangan tinggalkan anakku sendiri. Seolah mengisyaratkan jika hari ini akan tiba, hari ibu peri melepaskan anak tunggalnya untuk hidup mandiri di dunia ini. Terbanglah ibu peri, kau kini sudah bebas tidak merasakan kesakitan lagi. Biarkan kau bertemu ibu periku disana. Biarkan ibu periku menyambutmu di gerbang kebahagiaan. Bercengkramalah. Titipkan salamku untuk ibu periku disana. Dan lihatlah dari sana bahwa anak anak ibu peri masih bisa berteman di dunia. Dan menjalin silaturahmi dengan baik. Sampai jumpa di keabadian. Terimakasih karena aku pernah mengenal ibu peri. 😇